Ciri-Ciri Tuhan: Menyelami Makna Surah Al-Ikhlas

3
8758

Adik-adik mungkin pernah bertanya kepada teman atau orangtua tentang Tuhan. Bagaimana sih Tuhan itu? Apakah ia punya mata dan tangan? Berapa jumlahnya? Nah, di Surah Al-Ikhlas ini Allah Swt menjelaskan kepada adik-adik seperti apa ciri-ciri Tuhan. Surah Al-Ikhlas merupakan surah yang ke-112 dalam urutan Al-Quran. Dinamakan Al-Ikhlas karena artinya “Memurnikan Keesaan Allah”.

Surah ini termasuk ke dalam surat Makiyyah, artinya surah yang diturunkan Allah melalui Malaikat Jibril di kota Mekkah. Surah ini terdiri dari 4 ayat yang cukup pendek dan sangat mudah dihafal. Yuk, kita baca dan simak sama-sama maknanya!:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ 
“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.”

اللَّهُ الصَّمَدُ
“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,”

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.

Surah ini diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW pada saat beliau ditanya oleh orang-orang Kafir tentang ciri-ciri Allah Swt. Lalu Nabi menjelaskan kepada mereka satu per satu mulai dari ayat pertama, “Katakanlah (wahai Muhammad), Dialah Allah yang Maha Esa.” Esa dalam bahasa kita berarti tunggal atau satu. Kalau cuma satu berarti tidak ada Tuhan kedua, ketiga dan Tuhan yang banyak. Hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Swt.

Berarti hanya Allah Swt yang menguasai langit dan bumi serta segala isinya yang ada di sekitar kita. Dia menjadi pemilik tunggal langit dan bumi serta semua isi-isinya. Jadi kalau ada yang bertanya siapa yang paling kaya diantara kalian? Jawab saja, Allah Swt yang Maha Kaya. Hanya kepada-Nya kita berharap sesuatu dan kepada-Nya kita meminta pertolongan.

Pada ayat kedua, Nabi melanjutkannya, “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu.” Artinya kehidupan kita semuanya bergantung kepada Allah Swt. Dalam kehendak-Nya kita dihidupkan (kita dilahirkan) dan melalui kehendak-Nya pula kita akan dimatikan (meninggal dunia). Alangkah baiknya Allah Swt telah memberikan indera pada tubuh kita dengan sangat lengkap sehingga kita mampu melakukan banyak hal, lalu Allah memberikan kita nikmat makanan yang lezat-lezat dan menghirup udara segar setiap pagi tanpa harus membayar.

Salah satu bukti kecil bahwa manusia bergantung dengan Allah Swt adalah coba 1 jam saja Allah hilangkan oksigen dari muka bumi ini? Pasti semua manusia dan makhluk hidup di muka bumi akan sulit bernafas dan kemudian mati. Inilah maksud dari manusia bergantung kepada Allah Swt. Manusia tidak memiliki daya upaya, kecuali kekuatan yang diberikan oleh Allah Swt.

Pada ayat ketiga, “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,” Artinya Allah Swt berbeda dengan manusia. Allah tidak berkembang biak seperti manusia dan binatang yang bisa beranak-pinak. Karena kalau beranak pinak, maka Tuhan akan menjadi banyak.

Allah tidak beranak berarti Allah tidak memiliki istri. Allah tidak diperanakkan artinya Allah tidak memiliki ibu. Apabila Allah Swt sama seperti manusia yang punya ayah-ibu dan memiliki anak, berarti tidak ada bedanya dengan manusia dan binatang yang memiliki ayah-ibu dan mempunyai anak. Itulah Allah Swt, kekusaannya dan keesaannya tidak bisa diragukan lagi. Jadi tidak ada istilah anak Tuhan di dalam agama Islam. Karena Tuhan tidak beranak.

Nah, pada ayat terakhir Allah Swt menutupnya dengan bunyi ayat, “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia”. Karena Allah cuma ada satu, dengan-Nya semua makhluk hidup bergantung dan Allah tidak ada keturunan, maka tidak ada yang bisa menyamai-Nya dalam hal kekuatan, kekuasaan, dan kehendak.

Jadi siapa yang menganggap bisa menandingi Allah Swt? Raja Firaun? Tapi kemudian Allah Swt yang mematikannya.

 

3 COMMENTS