Kasus di Kendari, Anak-Anak Diiming-Iming Bisa Pintar dengan Konsumsi Pil PCC

5
3979

Minggu lalu, 14 September, tersiar di berbagai media terkait kasus penyalahgunaan PCC yang mengakibatkan 61 anak dan remaja harus dilarikan ke rumah sakit. Salah satu diantara total korban akibat konsumsi PCC ini dilaporkan telah meninggal dunia. Setelah mengkonsumsi PCC dalam jumlah diluar batas aman, para siswa SD dan SMP di Kendari ini mengalami kejang-kejang, mencoba menyakiti diri sendiri, hingga tidak sadarkan diri.

Memang ini menjadi kasus yang cukup aneh, karena korban berjatuhan dalam waktu yang hampir bersamaan. Lebih anehnya lagi, korban rata-rata adalah anak-anak dan remaja. Saat ini, pihak kepolisian, BNN, dan BPOM sedang mengusut kasus ini. Meskipun 9 pelaku yang terdiri dari penjual dan apoteker telah ditetapkan sebagai tersangka, namun motif peredaran obat ini belum terpecahkan.

Meskipun polisi menyatakan bahwa PCC bukan termasuk narkotik, namun obat keras ini penggunaannya perlu resep dokter. PCC merupakan obat dengan kandungan terdiri dari Paracetamol, Caffein, dan Carisoprodol yang biasanya digunakan sebagai penghilang nyeri.

Paracetamol

Ayah dan Bunda tentu tak asing lagi dengan kandungan obat yang satu ini. Paracetamol digunakan sebagai penurun demam, pereda nyeri, sakit gigi, sakit kepala, mual, yang biasa terkandung dalam obat pasaran maupun dari resep dokter. Batas aman konsumsi paracetamol secara oral antara lain:

  • Dewasa maksimal 4 gram/hari dengan maksimal perkonsumsi 0,5 – 1 gram. Jarak untuk konsumsi selanjutnya antara 4-6 jam.
  • Anak-anak di bawah 12 tahun, pemberian maksimal 500mg per sekali minum dengan dosis maksimal 4 kali sehari.
  • Anak usia 12-16 tahun, pemberian maksimal 750mg per sekali minum dengan dosis maksimal 4 kali sehari
Caffein

Zat ini ditemukan pada kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, minuman berenergi, dan sejenisnya pada kadar yang berbeda-beda. Kafein bekerja untuk menstimulasi sistem saraf pusat, jantung, dan otot-otot tubuh. Kafein yang dikombinasikan dengan aspirin atau paracetamol biasanya sebagai obat penghilang sakit seperti sakit kepala, sakit gigi, bahkan nyeri otot.

Kadar aman konsumsi kafein untuk orang dewasa tidak lebih dari 200 mg setiap kali minum dengan maksimal konsumsi 6 kali/hari. Sangat tidak disarankan untuk mengkonsumsi kafein di atas dosis maksimal dalam sekali minum.

Secangkir kopi biasanya mengangdung 150 – 200mg kafein. Sedangkan teh sekitar 60 mg kafein. Minuman bersoda biasanya mengandung 30 – 40 mg kafein. Dan minuman berenergi mengandung 70 mg kafein.

Carisoprodol

Merupakan zat yang bekerja untuk merelaksasi otot dan menghilangkan rasa sakit pada otot tubuh dengan seketika. Penggunaan carisoprodol harus disertai dengan resep dokter. Dosis yang tepat untuk pengobatan tergantung dari masing-masing individu. Jadi ini termasuk obat keras yang perlu pengawasan dokter jika digunakan sebagai pengobatan.

Efek samping dari Carisoprodol ini mulai dari kejang-kejang, detak jantung yang semakin cepat, halusinasi hingga hilang kesadaran dan koma. Overdosis penggunaan Carisoprodol sangat fatal, apalagi jika dicampur dengan alkohol atau jenis obat yang dapat melemahkan detak jantung.

Penggunaan obat ini untuk anak di bawah 16 tahun sangat tidak dianjurkan. Untuk orang dewasa, obat ini hanya disarankan untuk penggunaan untuk jangka pendek yaitu sekitar 2 atau 3 minggu saja.

Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kandungan Carisopodol dalam obat jenis PCC sudah ditarik oleh BPOM sejak 2013. Kandungan Carisoprodol lainnya juga telah ditarik seperti Somadril, New Skelan, Carminofein, Karnomed, Carnophen, Rheumastop, Carsipain, Etacharpen, Cazerol, dan Bimacharpen. Jadi, seharusnya di pasaran tidak ada lagi jenis obat PCC.

Lindungi anak dari bahaya obat-obatan ilegal

Tempo.co menyebutkan bahwa salah satu korban yang masih duduk di kelas IV SD menunjukkan tanda-tanda seperti korban lain yang mengkonsumsi PCC sehari setelah ia membeli jajanan di sekolahnya. Mengingat puluhan korban adalah siswa SD dan SMP, diduga pelaku sengaja menjadikan anak-anak sebagai sasaran utama konsumen obat ini.

Menurut penjelasan Ketua BPOM, dalam kasus di Kendari, pelaku memberikan pil PCC gratis ke anak-anak dengan iming-iming agar kuat belajar dan menjadi pintar. Tentu, ini menjadi kekhawatiran bagi para orangtua. Nah, berikut tips untuk melindungi anak dari bahaya obat-obatan ini:

a. Ikatan emosional itu penting

Perlu membangun ikatan emosional antara orangtua dan anak. Ikatan emosional ini bisa terbangun antara lain dengan memperbanyak kesempatan berkomunikasi dengan anak atau sekedar makan bersama anak. Penelitian para ahli dari Columbia University terhadap seribu remaja menemukan bahwa, remaja yang mempunyai kesempatan makan malam bersama keluarga kurang dari tiga kali seminggu, dua kali lebih rentan menggunakan tembakau atau ganja.

b. Ajak anak berpikir tentang resiko

Kasus di Kendari yang membuat anak-anak hilang kesadarannya dapat menjadi contoh bagi para remaja dan anak-anak tentang resiko penggunaan obat-obat ilegal. Ajak anak untuk berdiskusi secara ringan bahwa mereka berada pada resiko tersebut jika ia mengkonsumsinya. Orangtua juga perlu menetapkan aturan yang jelas bagi anak-anak. Jelaskan pada anak, jika mereka melanggar aturan tersebut tentu ada sanksi dan resiko yang akan dia terima.

c. Ajari anak untuk menolak sesuatu dari orang lain

Tidak ada salahnya mengajarkan anak untuk berani menolak pemberian orang lain, khususnya jika tanpa ijin dari orangtuanya. Memang, terkadang kita sebagai orangtua akan merasa kurang enak jika ada kerabat atau tetangga memberikan sesuatu ke anak dan si Kecil kita menolaknya. Tapi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ini perlu untuk diajarkan ke anak. Agar anak terbiasa menolak pemberian orang lain jika tidak mendapat lampu hijau dari orangtua.

d. Ajari anak untuk menyelesaikan masalah

Kadang, sebagai orangtua, kita berfikir menyelesaikan masalah anak adalah sebuah kewajiban. Misalnya, saat anak tidak bisa menyelesaikan tugas sekolahnya, orangtua akan membantunya menyelesaikan. Karena takut anak akan menangis, marah atau stres bila dipaksa.

Yang perlu menjadi catatan orangtua adalah membiasakan anak menyelesaikan masalahnya sendiri akan lebih baik. Anak akan terbiasa untuk menghadapi masalah dan tidak terlalu bergantung pada orang lain. Ini justru penting untuk menghindarkan anak dari rasa mudah tertekan dan stres.

Mari lindungi Buah Hati kita dari bahaya narkoba!

5 COMMENTS