MENGASUH BAYI DAN BALITA

2
5734

 

(sekedar berbagi – by Teh Patra)

Setiap ibu pasti tau, gimana rempongnya mengurus bayi. Bayi yang susah tidur di siang hari, sehingga ibu sulit melakukan berbagai pekerjaan. Bayi yang sulit tidur di malam hari, sehingga ibu tak bisa istirahat. Kalaupun tidur, si ibu tetap tak bisa ikut nyenyak karena tetap sambil standby..kalau-kalau si bayi bangun.

Si bayi beranjak besar, si ibu pun rempong mengurus batita. Belum beres urusan tidur, ditambah lagi masalah mainan berserakan, rumah berantakan. Baju sudah disusun di lemari diacak-acak lagi. Piring dan gelas dibongkar berjajar-jajar. Si batita maunya makan sendiri bikin lengket lantai. Digendong salah, diturunin salah, diajak main salah, maunya ngamuk aja. Diajak mandi susah..tapi kalau udah mandi ga mau selesai. Ditinggal sebentar kamar mandi sudah tak keruan bentuknya. Belum lagi membersihkan kotoran saat toilet training, membersihkan muntahan saat batuk dan sakit.

Lebih besar lagi, si balita mulai berulah. Kabur ke jalan, jailin anak tetangga, berekspresi, bereksplorasi dan berinovasi tanpa batas hingga kita hanya bisa mengurut dada. Mencorat coret dinding, melapisi furniture dengan lem, menempelkan dough di berbagai penjuru, mengacak-acak sabun, menghabiskan air, menghamburkan tepung, merusak barang, dan berbagai aktivitas lain yang seringkali membuat emosi naik ke ubun-ubun.

Masih kurang seru? Ada lo yang lebih seru…

Ya…kondisi triple combo..saat di rumah ada bayi, batita dan balita sekaligus..imagine that.

Pembantu? Saat anak-anak masih kecil, apalagi banyak, pembantu yang bisa bertahan lama hanya hitungan jari. Ada yang tahan tiga bulan, ada juga yang tahan sebulan sampe gajian. Setelahnya minta pulang plus ongkosnya…(sigh). Ada yang bertahan hanya seminggu aja. Ada yang baru tiga hari udah minta pulang. Ada yang datang pagi, sorenya udah nangis minta berhenti ?. Nantiii, kalau anak-anak udah kerja, udah hampir menikah, baru deh para pembantu menawarkan diri untuk bekerja…seperti tetangga2 saya yang  sering didatangi calon pembantu. Kalau anak masih kecil sih..ya gitu deh..kalau ga bapaknya sakit, disuruh kawin, disuruh pulang sana suami, anak mau disunat, dan banyak alasan lain yang mereka buat untuk angkat kaki dari rumah kita..heu..heu..

Kalau sudah begini, mau ga mau ibu harus mengurus semuanya sendiri. Mencuci pakaian, memasak, menyapu, mengepel, menyetrika, menggunting rumput, mengasuh anak triple combo itu. Belum ditambah aktivitas sosial dan dakwah, mengkaji ilmu Islam, bermasyarakat, dll.  Atau kalau mau lebih nendang bisa ditambah satu pekerjaan lagi : sambil kuliah..hihi..??

Alhasil, setiap malam tubuh rasanya remuk redam. Abis Isya sudah terkapar merindu bantal, tapi si bayi masih 100 watt dan si kakak minta dibacain buku. Belum lagi ditambah perasaan bersalah karena sempat memarahi si kakak, mengabaikan si adik, masakan gosong, lupa ngejemur pakaian, lupa masak nasi, melihat anak jatuh di depan mata, nyetrika celana suami kepanasan sampe bolong dan peristiwa tragis lainnya.

Yang lebih parah kalau mencoba menghibur diri nonton sinetron atau drama. Bukannya terhibur malah jadi galau..kalah cantik sama si artis, liat rumah mereka koq rumah kita jadi berasa tempat sampah, koq si tokoh bisa sabar dan kita emosian. Akhirnya terpuruk merenungi nasib, seolah kita adalah ibu paling malang sedunia. Ibu paling tidak becus, paling pemarah dan lebih kejam dari ibu tiri cinderela.

Padahal ya, kita tidak sendiri. Ibu-ibu lain itu di rumahnya sama koq..mereka juga suka galak sama anaknya, suka ga sempet mandi, suka nangis sendiri, suka ga tuntas di kamar mandi, walaupun kalau ketemu kita kelihatannya rapi dan ceria, keliatan sabar sama anaknya, keliatan seperti istri dan ibu idaman.

Lalu harus gimana? Ini saya share beberapa tips yang mungkin berguna

1. Perbaiki ruhiyah. Sholat, tilawah, dzikir, do’a. Klise ya? Tapi ampuh. Kita ga mungkin ngedoain anak sambil kesel. Jdi kalau kita sempet ngedo’ain anak-anak, pasti kita lagi sayang sama mereka. Kalau kita berdoa lima kali sehari, in syaa Allah kita akan sering diingatkan betap kita sayang banget sama mereka.

Daripada nangis di kamar mandi yang bau atau di pundak suami yang belum tentu mengerti ya meningan nangis sambil sholat dan berdoa saja..semoga Allah memudahkan urusan kita dan memberi kita kekuatan.

2. Perbaiki fisik. Kita ga akan punya cukup energi buat memikul semua beban sebagai ibu, apalagi dengan anak yang banyak dan tanpa pembantu dengan fisik lemah dan saki-sakitan. Perut lapar dan perih, kepala puyeng, kaki pegal, pinggang encok, mata berkunang, tangan gemeteran..bagaimana bisa melalukan banyak pekerjaan? Bagaimana bisa sabar mendengar rengekan? Bagaimana bisa tersenyum melihat kotoran? Bagaimana bisa berpikir positif?

Makanan bergizi, minum air putih dan olahraga jangan sampai terlewat.

Jangankan olahraga, makan aja nggak sempat..!? Percayalah..pasti sempat. Ngelike tulisan ini aja sempat koq..makan dan olahraga itu ga butuh waktu banyak. ☺️

3. Turunkan standar. Dalam kondisi tidak ideal, jangan berharap dapat output ideal. Jangan bandingkan kondisi rempong kita dengan ibu lain yang punya 3 baby sitter, 2 pembantu dan 2 supir. Belajar berdamai dengan ketidak idealan itu perlu. Berdamai dengan rumah yang tidak serapi di majalah, masakan yang tak seindah di restoran,  stimulasi anak yang tak sesempurna di buku parenting dan pendidikan, dll akan membuat hidup kita lebih relaks.
4. Manajemen waktu. Berlatih melakukan sesuatu dengan efektif dan efisien. Cuci piring kalau bisa 5 menit ya ga usah setengah jam. Masak kalau bisa yang simpel ya jangan pilih yang ribet. Membuat jadwal yang rapi untuk anak dengan kebutuhan yang berbeda-beda juga perlu dipelajari. Buat jadwal yang realistis dan sesuai untuk keluarga kita, tidak perlu mengikuti kebiasaan orang lain. Jangan sampai segala pekerjaan harus dilalukan di satu waktu seperti pagi hari, sehingga setiap pagi terjadi kekacauan.

Menyiapkan masakan bisa saja dilalukan sore hari, sehingga di pagi hari tinggal cemplung -cemplung ke dalam panci. Mencuci pakaian tidak perlu pagi juga..sesempatnya saja.

5. Berbagi pekerjaan, berbagi rizqi.

Jika suami tinggal bersama, kita bisa minta bantuan beliau untuk membantu beberapa pekerjaan. Kita juga bisa meminta bantuan tetangga yang membutuhkan untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang bisa didelegasikan dan mengupahnya. Prioritaskan juga untuk bisa memiliki barang-barang yang bisa mengurangi beban kita dan menambah produktivitas.

Lebih baik menemani anak bermain dan membaca daripada sibuk dengan cucian yang tak habis-habis. Percayakan saja pada mesin cuci.

Agar memasak lebih mudah dan efektif kita bisa membuat sekaligus dan menyimpannya di kulkas.

Membeli perabot dan peralatan yang bisa membantu kita boleh diupayakan..disesuaikan dengan pendapatan dan anggaran dan berhati-hati jangan sampai berlebihan.

6. Sabar ☺️

Ya dijalani saja..sampai tahu-tahu kita merindukan masa-masa itu. Karena sebetulnya masa-masa rempong itu sebentar saja. Sabar atau tidak sabar kondisinya toh tetap sama..jadi ya lebih baik sabar. Lebih hemat energi ?.

Anak-anak itu, kadang menyulitkan tapi lebih banyak membahagiakan. Kadang menangis tapi lebih sering tersenyum manis. Kadang kotor dan bau tapi seringnya baunya enak dan wangi. Dan ingatlah, mereka sayang selalu sama kita, dengan sayang yang teramat tulus.

Bagaimanapun, bersyukur kita diberi anugrah putra-putri oleh Allah Ta’ala. Banyak orang belum dikaruniai rizqi memiliki anak. Mereka rela melakukan berbagai hal yang lebih sulit lagi demi bisa memiliki anak.

Semoga Allah menjadikan pahala atas setiap upaya kita mengasuh mereka, dan menjadikan penggugur dosa atas segala kesulitan menghadapi mereka.

Oleh : mbak Yuria Cleopatra

2 COMMENTS