Mengenali Anak Terlambat Bicara

0
4852

Assalamu’alaikum Ayah dan Bunda,

Beberapa waktu lalu, ramai di jejaring sosial seorang ibu yang bercerita mengenai keterlambatan bicara pada anaknya. Ibu tersebut bercerita anaknya kecanduan menonton televisi. Karena memang dari usia beberapa bulan si anak sudah dibiasakan menonton televisi. Ini untuk mengalihkan perhatian anak ke televisi sehingga ibu bisa mengerjakan pekerjaan apapun, cerita si ibu. Namun, akibatnya hingga si anak memasuki usia 2 tahun, ia belum memiliki kosakata yang bisa diucapkan seperti anak pada umumnya. Setelah menemui psikolog anak, buah hatinya diketahui mengalami keterlambatan bicara (speech delay).

Sebagian besar orang tua menganggap, anak adalah segala-galanya bagi mereka. Ya, memang benar. Terkadang apa yang terjadi pada anak membuat kita merasakan kekhawatiran yang luar biasa. Seperti halnya orang tua Hafiz dan Hafizah. Mereka akan sangat khawatir jika Hafiz atau Hafizah sakit atau sekedar telat pulang dari sekolah.

Sebagai orang tua, tentu kita ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati kita. Dan tentu kita sadar bahwa anak yang baru lahir layaknya kertas putih. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan tumbuh kembang anak. Karena anak adalah penerus generasi, juga penerus agama.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar Rum: 30)

 

Menurut dr. C. M. Sambo, Sp.A, kecepatan seorang anak belajar berbicara salah satunya tergantung oleh stimulus yang diberikan padanya, seperti membacakan cerita, mengajak bayi dan anak bercakap-cakap, merespon ocehan-ocehan bayi, dan sebagainya. Dokter tersebut memberi peringatan bahwa gawai dan televisi bukanlah stimulus yang tepat bagi bayi.

Alhamdulillah, si Ibu cepat menyadari bahwa ada sesuatu yang beda dengan anaknya. Sehingga ia bisa bergerak cepat, mencari psikolog, dan melakukan terapi. Lalu, bagaimana mengenali keterlambatan bicara pada anak? Sebab itu orang tua perlu memahami tahap perkembangan normal pada anak. Kenali tahap perkembangan bicara dan bahasa pada anak.

Keterlambatan bicara pada anak disebabkan oleh banyak hal, bisa karena gangguan pada pendengaran, gangguan pada otak, autisme, atau gangguan pada organ mulutnya sehingga anak sulit melafalkan kata-kata. Terapi atau stimulus yang diberikan untuk mengatasi masalah ini tentu berbeda-beda sesuai dengan penyebabnya. Sedini mungkin mengetahui penyebab dan menemui dokter anak, psikolog, psikiater, atau yang lainnya untuk mendapatkan solusi tentu akan lebih baik.

Mari kita simak perkembangan oral bayi dari tahap ke tahap secara normal sesuai dengan arahan dokter anak berikut:

Usia 0 – 6 bulan

Bayi baru lahir hanya bisa menangis untuk menyatakan keinginan mereka atau apa yang mereka rasanakan. Saat usia 1 – 3 bulan, bayi mulai bisa mengeluarkan suara-suara seperti “aaah” atau “uuuh”. Dalam ilmu kedokteran ini disebut cooing. Oral bayi mulai berkembang sejak usia ini. Mereka mulai suka bereksperimen dengan suara yang dihasilkan oleh mulutnya, seperti menyerupai orang berkumur, bermain dengan air ludahnya, dan sebagainya.

Setelah usia 3 bulan, bayi mulai bisa merespon suara-suara yang ada di dekatnya. Mereka mulai suka dengan mainan yang mengeluarkan suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi mulai merespon jika namanya dipanggil. Mereka juga sudah mulai mengenal emosi dalam bicara.

Mereka mulai mengatur nada ocehannya sesuai emosi yang dirasakan dan mulai memainkan ekspresi wajah. Ocehan cooing-nya berganti dengan babling. Yaitu mengoceh dengan satu suku kata tunggal, seperti mamamama, papapapa, dadadadada, dan sebagainya.

Nah, orang tua harus waspada jika bayi tidak merespon saat namanya dipanggil, atau tidak babling.

Usia 6 – 12 bulan

Saat usia 6-9 bulan, bayi mulai sering mengeluarkan babling dengan intonasi seperti orang-orang tedekatnya. Mereka mulai mengenal nama-nama orang dan benda disekitar mereka. Mereka juga mulai memahami konsep percakapan dasar seperti, oke, iya, tidak, habis.

Memasuki usia 9-12 bulan bayi sudah dapat memahami perintah-perintah sederhana, seperti ayo sini, duduk sini, lihat itu, dan sebagainya. Bayi mulai menggunakan isyarat untuk menunjukkan keinginannya, seperti merentangkan tangan jika ingin digendong, menunjuk dnegan jarinya jika ingin sesuatu, melambaikan tangan (dadah), dan lainnya.

Bayi juga sudah mampu membeo atau menirukan bunyi yang ada disekitarnya. Pada usia ini bayi mulai mengerti sekitar 70 kata. Meskipun kata-kata yang dikeluarkan belum bisa dimengerti orang lain.

Ayah dan Bunda perlu waspada jika hingga usia 12 bulan, bayi tidak menunjuk dengan jarinya, dan/atau kurang ekspresif atau responsif terhadap suara disekitar mereka.

Usia 12 – 18 bulan

Hingga usia 15 bulan, bayi mulai mengucapkan 3 – 6 kata yang dapat dimengerti orang lain. Seperti mama, papa, maem, mimik, dan sebagainya. Mereka mulai bisa merespon pertanyaan dengan mengangguk atau menggelengkan kepala. Mereka juga mulai mengerti perintah sederhana seperti “tolong ambilkan mainan itu.”

Kosakata anak bertambah dengan pesat pada akhir usia ini, sekitar 5 – 50 kata. Mereka sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.

Ayah dan Bunda boleh waspada jika kata-kata yang keluar dari anak hingga usia 16 bulan tidak berarti dan belum bisa dimengerti.

Usia 18 – 24 bulan

Memasuki usia ini, perkembangan kosakata dan bahasa anak meningkat pesat. Setiap hari akan ada kosakata baru. Mereka mampu mebuat kalimat yang terdiri dari dua kata seperti, mama makan, aku main, ayah ayo, dan sebagainya. Kosakata dalam pembicaraan anak dapat dimengerti oleh orang lain. Selain itu, ia mulai mampu mengerti perintah ganda.

Ayah dan Bunda patut waspada jika pada fase usia ini, kalimat yang dibicarakan anak (minimal 2 kosakata) tidak dapat dimengerti

 

Sumber:

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Artikel “Apa Kata Dokter”. Kompas. 16 Oktober 2016