Ali bin Abi Thalib Pemimpin Yang Bijaksana

4
5599

“Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji kekuatan akarnya”

Ali bin Abi Thalib

Sosok Ali Bin Abi Thalib lahir di Mekkah, Hejaz, Jazirah Arab pada 13 Rajab. Beliau lahir 10 tahun sebelum mulainya masa kenabian Muhammad Saw. Terlahir dari Ibunya yang bernama Fatimah bin Assad dan Ayahnya, Abu Thalib yang merupakan paman dari Rasulullah.

Sang Ayah akrab memanggilnya, “Ali” yang artinya Yang tinggi derajatnya di sisi Allah. Pemberian nama ini merupakan harapannya agar putranya ini kelak menjadi tokoh yang disegani oleh kaum Quraisy.

Kelahiran Ali pun turut membawa cahaya bagi keluarga Muhammad dan Siti Khadijah yang saat itu belum memiliki putra. Sebagai bentuk balas budi Nabi Muhammad Saw kepada sang paman Abu Thalib yang telah mendampinginya sejak kecil, ia pun mengangkat Ali sebagai putra.

Sejak kecil hingga remaja Ali berguru dibawah bimbingan Nabi Muhammad Saw. Bersamanya Ali kemudian tumbuh menjadi sosok yang kritis, sederhana, tenang dan rendah hati. Berkat pengajarannya, Ali merupakan orang pertama yang masuk Islam sebelum sahabat-sahabat Rasulullah lainnya.

Sosok Ali dikenal memiliki karakter yang  mulia, amanah, penuh, dekat dengan kaum kecil, penuh rasa tanggungjawab, sederhana, adil, bijaksana, memuliakan alim ulama, cerdas dan menguasai banyak ilmu.

Tak dipungkiri lagi ketika dewasa, Nabi Muhammad Saw mempercayakan Ali untuk mempersunting putri tercintanya, Fatimah az-Zahra yang kemudian dikaruniai anak yaitu Hasan dan Husen, Zainab bin Ali dan Ummu Kaltsum.

Khulafaur Rasyidin Terakhir

Wafatnya Utsman bin Affan pemimpin Khalifah ketiga mendesak Ali bin Abi Thalib untuk menjadi pengganti pemimpin terakhir Khulafaur Rasyidin. Dalam menjalankan pemerintahannya Ali dikenal sebagai sosok pemimpin yang keras dan disiplin.

Beberapa hal yang terjadi di masa kepemimpinannya seperti beliau menghapuskan praktek nepotisme di lingkungan pemerintahan, membenahi keuangan negara, memajukan bidang bahasa, menjadikan kota Kuffah sebagai pusat ilmu tafsir dan ilmu lainnya, serta memperkuat pengaruh Islam di daerah-daerah yang sudah ditaklukan Khalifah sebelumnya.

Begitu istimewanya sosok Ali, Rasulullah pernah bersabda tentang dirinya.“Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa. Hanya tidak ada nabi setelahku.” (HR. Muslim)

Ali Sang Ahli Peperangan 

Ali selalu mengikuti peperangan dalam memperjuangkan Islam bersama Nabi Muhammad Saw. Mulai dari perang Badar, perang Khandaq yang menjadi saksi keberanian melawan Amar bin Abdi Wud. Ali juga terampil membawa pasukannya bahkan disaat kedua matanya sakit ia berhasil memenangkan Perang Khaibar dan membawa panji kehormatan dari Nabi. Ali menunaikan pesan Nabi Muhammad, “Besok hari bendera ini akan saya berikan kepada seseorang yang dicintai Allah dan Rasulnya.” Bendera itu berhasil dibawa pulang oleh Ali.

Dari sekian banyak peperangan dalam memperjuangkan Islam hanya perang Tabuk yang tidak mengikutsertakan Ali karena beliau ditunjuk untuk menggantikan posisi Rasulullah untuk menjaga kota Madinah dari serangan musuh.

Sahabat Nabi Muhammad Saw tersebut akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya karena kaum musyrikin.  Beliau wafat 19 Ramadhan 40 H di usia 63 tahun. Kepergiannya menandai berakhirnya masa Khulafaur Rasyidin.

Dalam satu hadistnya Ali bin Abi Thalib berpesan,
“Demi dzat yang membelah biji-bijian dan melepaskan angin. Sesungguhnya Nabi telah berjanji kepadaku bahwa tak ada yang mencintaiku kecuali ia seorang mukmin dan tidak ada yang membenciku kecuali ia seorang munafik.” (HR. Muslim)

4 COMMENTS