Kisah Nabi Ibrahim, Ayah Teladan yang Memiliki Anak – anak Shaleh

0
1816

Nabi Ibrahim a.s menikah dengan seorang wanita mulia bernama Siti Hajar. Tak lama kemudian, Siti Hajar mengandung. Bersamaan dengan turunnya perintah Alloh SWT agar Nabi Ibrahim a.s pergi ke Mekkah.

Kemudian, Nabi Ibrahim a.s segera membawa istrinya itu ke Mekkah. Di sana ia harus meninggalkan istrinya dan calon bayinya seorang diri di tengah-tengah hamparan padang pasir tak bertuan.

Si Kecil Ismail dan Air Zam-Zam

Siti Hajar yang tengah mengandung begitu cemas dan sedih karena akan ditinggalkan Nabi Ibrahim a.s sendirian di tempat yang sepi tak ada orang sama sekali.

Ia hanya ditinggali sedikit perbekalan untuk hidup. Karena perbekalan yang kurang mencukupi, air susu ibu Siti Hajar tidak keluar. Bayi Ismail menangis dan menjerit-jerit.

Siti Hajar berusaha mencari air karena kehausan. Di kejauhan ia tampak melihat seperti kilauan air yang merupakan fatamorgana. Ia berlari-larian hingga 7 kali ke bukit Shofa dan Marwah.

Tiba-tiba ia mendengar suara yang belum pernah ia dengar. Suara itu menyerunya pergi ke bukit Shafa. Ketika ia sampai di sana ia tak menjumpai siapa-siapa.

Ia hanya melihat bayi Ismail yang mungil tengah menangis dan menghentak-hentakkan tumitnya ke tanah.

Tak disangka, dari kaki bayi Ismail muncullah air bening dan deras. Seketika, Siti Hajar sangat bahagia. Ia berusaha mengumpulkan air untuk perbekalannya. Mata air itu terus mengalir dan seolah tak pernah kering. Sekarang, mata air itu dikenal dengan sebutan “Air Zam-zam”.

Siti Hajar sangat bersyukur dan berdoa kepada Alloh SWT atas limpahan rizki dari arah yang tak ia sangka-sangka.

Mata air yang terus memancar itu bahkan dalam sekejap menjadi telaga. Para saudagar dan musafir yang lewat segera membangun tempat tinggal dan sumur di sekitarnya. Hingga akhirnya tempat yang semula sepi itu menjadi dipadati penduduk. Nabi Ibrahim a.s yang datang menjenguk pun sangat terkejut. Karena tempat yang semula antah berantah, kini menjadi padat penduduknya.

Ismail dan Ujian Ketaqwaan Nabi Ibrahim

Berganti tahun, Ismail beranjak remaja. Ia adalah pemuda yang shaleh dan sangat menurut kepada orang tuanya. Pada suatu malam, Nabi Ibrahim a.s bermimpi. Ia diperintah Alloh SWT untuk menyembelih putranya, Ismail.

Nabi Ibrahim a.s berusaha menyampaikan mimpinya itu kepada sang putra. Dengan keikhlasan Nabi Ismail a.s bersedia melakukan perintah Alloh tersebut.

Saat penyembelihan tiba. Ketika pisau tajam hendak memenggal leher Nabi Ismail a.s, Malaikat Jibril datang. Secepat kilat, Malaikat Jibril menggantikan Nabi Ismail a.s dengan seekor kambing jantan yang gemuk.

Nabi Ibrahim a.s terkejut dan bahagia telah melalui ujian Alloh yang sangat berat itu dengan baik. Peristiwa penyembelihan Nabi Ismail a.s oleh sang ayah, Nabi Ibrahim a.s itu kini dikenal dengan peringatan hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban.

Semoga kita semua dapat mengambil ibroh dari cerita di atas ya!