Si Kecil Tantrum? Begini Mengatasinya

5
5517

Assalamu’alaikum Ayah dan Bunda,

Pagi tadi ketika sedang berbelanja di pasar, Ibu dan Ayah Hafiz melihat seorang anak yang sedang tantrum. Umurnya sekitar 4 tahunan. Ia berguling-guling di lantai sambil berteriak-teriak menangis. Wajah si anak merah padam. Ketika ayahnya ingin menolong ia malah memukul-mukul ayahnya sambil tetap menjerit dan menangis. Si ibu yang terlihat gusar menghadapi anak dan menjadi tontonan orang-orang di pasar.

Cerita di atas hanya fiktif. Tapi, tentu kita sering sekali melihat anak tantrum di tempat umum. Atau jangan-jangan kita sendiri sering menghadapinya. Si kecil marah ketika permintaannya tidak terpenuhi. Menangis histeris, berguling-guling di tanah, berteriak, menjerit menjadi hal yang wajar jika ia meminta sesuatu.

Sebagai orang tua kadang kita kebingungan menghadapinya. Jalan terakhir, menuruti semua yang diinginkan si kecil. Padahal di sisi lain kita ingin mengajarkan pada si kecil dengan memberikan apa yang ia butuh, bukan apa yang ia inginkan.

Allah SWT telah mengingatkan bahwa anak-anak kita adalah cobaan keimanan bagi sang orang tua, seperti dalam surah berikut:

وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al Anfaal: 28)

Lalu, bagaimana caranya menghadapi si kecil dalam keadaan seperti ini?

  1. Biarkan anak dengan perilaku tantrumnya

Orang tua sering kewalahan jika si kecil tantrum. Apalagi jika ini terjadi di tempat umum. Mau tak mau orang tua tak bisa membiarkan begitu saja. Padahal membiarkan si kecil saat mereka tantrum mengajari mereka bahwa yang dilakukannnya tidak tepat.

Ketika anak tantrum, biarkan mereka dengan apa yang dilakukannya. Namun, orang dewasa tetap harus mengawasi mereka. Tetap berdoa kepada Allah SWT dan niatkan bahwa apa yang dilakukan baik untuk si kecil.

  1. Singkirkan benda-benda yang berpotensi membahayakan

Anak tantrum selalu melakukan hal yang tidak terkontrol. Oleh sebab itu, menyingkirkan barang-barang yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak dan orang lain menjadi penting. Termasuk jika anak sedang memegang sesuatu, usahakan untuk memintanya melepaskan barang tersebut. Tapi jangan sampai memaksa anak melepaskannya. Ditakutkan anak justru melempar barang tersebut ke orang terdekatnya.

  1. Marah pada anak bukan solusi

Sebagai orang tua pasti tertekan menghadapi anak tantrum. Belum lagi jika si anak tantrum di tempat umum. Tekanan dari orang-orang sekitar bisa membuat orang tua semakin tertekan. Kadang kemarahan diungkapkan ketika orang tua tidak lagi tahu apa yang harus dilakukan. Namun, yang perlu diingat kemarahan orang tua apalagi hingga melakukan kekerasan verbal dan non-verbal pada anak hanya akan membuat anak trauma.

Mungkin kemarahan orang tuanya bisa mengakhiri tantrum si anak. Namun, ini tidak membuat anak memahami bahwa yang ia lakukan salah. Justru ditakutkan anak berpikir bahwa orang tua mereka tak bisa memahami apa yang mereka rasakan.

  1. Tunda memenuhi keinginan anak saat sedang tantrum

Temper tantrum menurut dr. Anggun Kusumasari, Sp A MSc bisa terjadi karena orang tua sering menuruti keinginannya. Sehingga tantrum dilakukan anak untuk menekan orang tuanya. Agar apa yang diinginkan terpenuhi. Ini dapat menjadi kebiasaan bagi anak yang bisa ia bawa hingga dewasa. Oleh sebab itu tunda dulu memenuhi keinginan anak saat ia sedang tantrum.

Jika yang diinginkan anak dirasa bermanfaat untuk anak dan dibutuhkan anak, menunda memberikannya akan menjadi jalan lebih baik bagi mereka.

  1. Hindari membujuk anak dengan imbalan

Misal anak tantrum karena masih ingin bermain. Namun orang tua berpikir bahwa mereka harus segera mengakhiri permainan karena harus melakukan hal lain. Lalu, orang tua menjanjikan akan membelikan makanan kesukaannya jika ia mengakhiri tantrumnya.

Hal itu akan menjadikan anak terbiasa dengan imbalan ketika ia tantrum. Takutnya, ia tidak mau mengakhiri tantrumnya sebelum apa yang diinginkan terpenuhi atau ada imbalan buat dirinya.

  1. Jangan menyerah pada kemarahan anak

Kadang kasih sayang yang besar kepada anak, membuat kita selalu menyerah pada kemauan anak. Jika ini terus menerus berlangsung, ke depannya bukan tidak mungkin hal ini justru akan menekan orang tua.

Menyerah pada kemarahan anak bisa dilakukan kerika kemarahan anak membahayakan dirinya atau orang lain. Namun, sesekali orang tua perlu tegas mengatakan mana yang baik dan mana yang tidak.

  1. Tetap jaga komunikasi dengan anak

Setelah anak sudah mulai tenang, dekati ia. Temukan alasan kenapa anak tantrum. Tanyakan apa yang ia inginkan. Jika orang tua berpikir apa yang diinginkan berdampak buruk pada anak, beri dia pengertian bahwa hal tersebut tidak baik. Sampaikan alasannya agar ia dapat mengerti.

Membuat kesepakatan sederhana dengan si kecil juga bisa menjadi trik mengatasinya ketika mereka merengek akan sesuatu. Hal ini juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak terhadap apa yang telah disepakati bersama.

Misal, ketika akan pergi berbelanja, si kecil meminta ikut kita. Buat kesepatan dengan si kecil, boleh ikut berbelanja tapi jika ingin sesuatu harus bilang dan diobrolkan bersama. Ketika kemudian anak tantrum, orang tua bisa mengingatkan kembali tentang kesepakatan mereka.

Komunikasi yang baik juga bisa digunakan ketika si kecil baru menunjukan tanda-tanda akan tantrum. Komunikasikan alasan keinginannya itu boleh atau harus ditunda dulu untuk dipenuhi.

Ayah dan Bunda, komunikasi antara orang tua dan anak tidak hanya berpengaruh pada kedekatan kita dengan anak secara fisik. Lebih jauh lagi, ini dapat mengasah ikatan batin antara orang tua dan anak kita.

  1. Ajari anak ungkapkan yang ia mau

Menurut dr. Anggun, faktor lain anak tantrum karena mereka tak mampu mengungkapkan apa yang diinginkan. Anak mempunyai keterbatasan mengungkapkan apa yang ia ingin. Oleh sebab itu, orang tua perlu untuk memahami mereka. Ajari si kecil mengenal emosi mereka, mengenal apa yang diinginkan, kemudian mengungkapkannya.

Selain itu, memperkaya kosakata verbal anak dapat membantu anak. Semakin banyak kosakata yang ia miliki, semakin mudah si kecil menyampaikan apa yang ia ingin. Semakin mudah bagi orang tua memahami mereka.

Pada golden age (usia emas anak) hingga usia 3-4 tahun, ini merupakan usia yang tepat untuk mempertajam emosi anak dan mengajari anak akan banyak hal termasuk memperkaya kosakata mereka.

  1. Beri pengertian orang sekitar

Tak sedikit terjadi ketika Ayah dan Bunda telah menyepakati pola asuh yang pilih untuk si kecil ketika menghadapi si kecil tantrum. Namun, justru orang di sekitar membuat kita luluh dan melupakan pola asuh yang telah direncanakan.

Misalnya, ketika anak tantrum di rumah ketika ada kakek dan neneknya. Orang tua yang ingin membiarkan anak tantrum pun harus menuruti kakek neneknya untuk menuruti apa yang diingkan anak agar anak tak menangis. Ini juga bisa terjadi ketika si kecil tantrum di tempat umum. Orang lain bisa saja menganggap kita tak sayang anak jika kita membiarkan mereka berguling-guling di lantai sambil menangis.

Ini yang akhirnya menjadi pe-er bagi orang tua. Memberi pengertian pada orang lain, khususnya kakek dan nenek si kecil untuk memahami bahwa yang mereka lakukan untuk mendidik si kecil. Cara lain bisa dengan menunjukkan pada mereka ketika kita memberikan reward meskipun sekedar pujian ketika si anak tidak memilih tantrum dan mengungkap yang ia ingin.

  1. Komunikasi antar orang tua, penting

Berbagi informasi, pengalaman, dan berkomunikasi dengan orang tua lain penting bagi orang tua. Bisa jadi orang tua lain punya cara yang dinilai berhasil untuk mengatasi anak ketika tantrum. Atau justru ada orang tua lain yang membutuhkan cara mengatasi si kecil yang tantrum. Oleh sebab itu komunikasi antar orang tua menjadi penting.

Ketika para orang tua berkumpul dan berbagi dalam majelis. Nah, ini juga bisa menjadi kesempatan buah hati untuk bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.

 

Sumber:

https://www.psikologiku.com/

http://tafsirq.com/topik/al+anfaal+28

 

5 COMMENTS

  1. Sering menghadapi anak tantrum dgn menangis kencang membuat saya seringkali jd diam. Menunggu dia agak tenang dan kemudian baru bertanya sebenarnya apa keinginannya. Alhamdulillah setelah membaca ini jd lebih mengerti cara menghadapinya dgn berbagai cara. semoga bermanfaat… 😄