Memaknai Hari Kartini: Belajar dari Kisah Teladan Perempuan Islam

1
2811

Seperti yang kita ketahui setiap tanggal 21 April diperingati hari Kartini sebagaimana Keputusan Presiden Republik Indonesia Presiden Soekarno No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Dalam keputusan tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Dan cara kita sebagai orang tua bagaimana mengajarkan kepada anak untuk memaknai hari kartini.

Hari Kartini bukan hanya sekedar kebaya

Kebaya memang identik dalam peringatan Hari Kartini. Tapi, bukan hanya sekedar itu. Kita juga perlu mengajarkan bahwa Islam telah meninggikan derajat perempuan karena akan menjadi ibu yang adalah madrasah bagi generasi penerus.

Tapi sebagian dari kita malah menafikan keberadaan perempuan. Masyarakat Jahiliyah membunuh setiap bayi perempuan yang lahir karena dianggap aib. Sedangkan kita “membunuh” peran perempuan jika Hari Kartini hanya diperingati sekedar dengan memakai kebaya.

Apakah dapat dikatakan Emansipasi dalam peran seorang wanita tersebut

Dari definisinya Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam pembahasan masalah seperti itu. Akan tetapi kata “Emansipasi” akan memunculkan banyak perdebatan terhadap definisinya. Tapi yang penting adalah soal pola pikir untuk tidak merendahkan perempuan, underestimate posisi perempuan. Itu semua PR buat kita.

Selain itu berikut ini kisah perempuan yang bisa di jadikan teladan pada zaman Rasulullah:

1. Khadijah Binti Khuwaid

Rasulullah menikahi seorang pengusaha terkenal di Arab. Dialah Khadijah binti Khuwaid. Dalam banyak riwayat, Khadijah adalah istri yang setia pada suaminya.

Dialah orang pertama yang menyatakan beriman dan membenarkan da’wah Rasulullah SAW. Khadijah membela Rasulullah SAW dengan jiwa dan hartanya. Khadijah mendampingi Rasulullah SAW pada masa awal perjuangan da’wah beliau yang sangat berat hingga ajal menjemputnya. Selama Khadijah hidup, Rasulullah SAW tidak menikah dengan wanita selainnya.

Dalam salah satu hadits diriwayatkan bahwa, Rasulullah SAW bersabda:

“Dia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku, dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku, dia menyerahkan hartanya untukku ketika orang-orang mencegah hartanya untukku, dan Allah memberiku keturunan lewatnya, sementara yang lainnya tidak mendapatkannya.” (HR. Ahmad)

2. Aisyah Binti Abu Bakar

Aisyah adalah putri dari sahabat Rasulullah SAW yang paling ia cintai, Abu Bakar As Shidiq. Beliau menjadi istri Rasulullah SAW yang menemani hingga beliau meninggal. Aisyah menjadi istri yang paling banyak mengahabiskan waktu bersama beliau ketika beliau telah menjadi Rasul. Oleh sebab itu, Aisyah banyak meriwayatkan-kan hadits dari Rasulullah, baik dari perkataan beliau maupun kebiasaan-kebiasaannya.

Meskipun Aisyah menjadi istri Rasulullah saat usianya masih belia, namun keteladanannya dalam membangun rumah tangga patut dicontoh.

3. Fatimah Binti Rasulullah

Tidak semua yang kita dengar harus kita sampaikan kepada orang lain. Apalagi jika hal tersebut bersifat rahasia. Kisah Fatimah, putri Rasulullah dalam menjaga rahasia patut menjadi teladan bagi kita sebagai muslimah. Nah, seperti apa kisahnya?

Ketika sakit yang diderita Rasulullah SAW semakin berat, istri-istri beliau berkumpul di sekelilingnya. Saat itu Fatimah datang menjenguknya. Setelah mempersilakan duduk putrinya, beliau membisikan sesuatu kepada Fatimah. Pada bisikan pertama Fatimah menangis, lalu kemudian ia tertawa setelah bisikan kedua.

Ketika Fatimah beranjak untuk pulang, Aisyah menanyainya apa yang telah disampaikan Rasulullah SAW sehingga ia menangis lalu tertawa. Namun, Fatimah dengan berkata, “Saya tidak akan membuka rahasia Rasulullah SAW.”

Setelah wafatnya Rasulullah, Aisyah kembali mempertanyakan hal tersebut. Akhirnya Fatimah pun menjawab, “Kalau sekarang, bolehlah,” seraya ia melanjutkan:

“Pada bisikan pertama, Rasulullah menyampaikan bahwa Jibril biasanya setiap tahun mengulang bacaan Al Qur’an sebanyak sekali kepadanya, tapi tahun ini dia melakukannya dua kali. Hal tersebut beliau yakini sebagai pertanda ajalnya yang telah dekat, maka beliau berpesan kepadaku agar bertaqwa dan bersabar, karena beliau akan mendahuluiku, mendengar itu aku menangis. Kemudian beliau menambahkan bahwa akulah pemimpin wanita umat ini, dan akulah orang yang paling cepat menyusul beliau, mendengar itu aku tertawa.” (HR. Muslim)

Beberapa bulan kemudian Fatimah wafat menyusul Rasulullah SAW.

4. Ummu Salamah

Ia adalah salah seorang istri Rasulullah SAW. Ia mencontohnya menjadi istri yang memiliki keteduhan hati dan mengobati kegusaran suaminya. Kisah ini terjadai pada tahun keenam Hijriah, saat Rasulullah SAW dan para sahabatnya berencana melakukan umrah.

Setibanya di Hudaibiah, rombongan kaum muslimin dihalang-halangi oleh kaum Quraisy. Singkat cerita, akhirnya disepakatilah perjanjian Hudaibiah yang salah satu isinya agar kaum muslimin menunda umrah tahun berikutnya.

Rasulullah SAW akhirnya memerintahkan para sahabat untuk melakukan tahallul dari ihram dan menyembelih kambing. Namun, tidak ada satu pun dari para sahabat yang melakukannya. Rasulullah SAW memahami benar kekecewaan para sahabat karena harus menunda untuk melakukan umrah yang sangat dinantikan.

Rasulullah SAW memasuki tenda dengan gusar. Ummu Salamah yang berada di dalam tenda menanyakan sebab kegusaran Rasulullah SAW. Beliau pun menceritakan semuanya. Ummu Salamah menenangkan Rasullah SAW dan berkata:

“Mengapa tidak langsung engkau lakukan saja menyembelihnya di hadapan mereka? Cobalah, mudah-mudahan dapat menjadi jalan keluar.”

Benar saja, para sahabat yang melihat apa yang dilakukan Rasulullah SAW melakukan hal yang sama. Menyembelih hewan dan sebagian menggundul kepalanya. Sebagian lagi hanya memendekkan rambutnya.

1 COMMENT