Kenali Gejala Negatif Gadget Bagi Anak dan Bagaimana Mengatasinya?

0
789
gejala negatif gadget

Siapa sih yang tidak mengenal gadget? Gadget merupakan salah satu bentuk nyata dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di zaman sekarang. Tentunya dengan perkembangan tersebut, akan banyak mempengaruhi pola kehidupan manusia baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Selain itu penggunaan gadget dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya akan mempengaruhi pola pikir orang dewasa namun juga anak-anak. Salah satu yang berpengaruh adalah kemampuan interaksi sosial pada anak. 

Baru-baru ini, muncul pemberitaan mengenai “Ratusan Anak di Jawa Barat Masuk RSJ karena Kecanduan Gadget”. Berdasarkan informasi yang didapatkan dari detikhealth, Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Cisarua Provinsi Jawa Barat dalam sebulan rata-rata menangani 11 hingga 12 pasien anak dengan rentang usia 7-15 tahun, dan total saat ini ada ratusan anak yang ditangani. Mereka disebut mengalami kecanduan ponsel.

Menurut praktisi psikolog anak dan remaja, Anrio Mafrizal dari hasil wawancara dengan okezone, menyebutkan bahwa kasus ini menjadi tamparan keras bagi semua keluarga di Indonesia, karena salah satu penyebabnya adalah kesalahan pola asuh orang tua terhadap anak.

Beliau menyatakan bahwa kasus ini kebanyakan berasal dari kesibukan orang tua yang membiarkan anak bermain gadget. Walaupun pada dasarnya, orang tua juga seringkali memberikan batasan kepada anak untuk tidak terlalu sering bermain gadget, namun orang tua sendiri tidak memberikan pilihan kegiatan pengganti untuk anak dalam mengisi waktu bermainnya, sehingga tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukan oleh anak.

Dalam arti lain, gadget seringkali dijadikan sebagai salah satu jalan pintas orang tua untuk mendampingi anaknya disaat sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Gadget yang terdiri dari berbagai macam fitur dan aplikasi dianggap menjadi teman bermain yang aman dan mudah untuk diawasi, sehingga peran orang tua sebagai teman bermain anak saat ini seringkali tergantikan oleh gadget.

Lalu, bagaimana bisa gadget berpengaruh terhadap kemampuan interaksi sosial pada anak? Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa seringkali orangtua menjadikan gadget sebagai pendamping bermain anak, dengan berbagai alasan diantaranya agar tidak menganggu pekerjaan orang tua saat dirumah serta sebagai media pengalihan disaat anak sedang tantrum atau tidak bisa diam sehingga orang tua merasa kewalahan dengan perilaku anak.

Awalnya tujuan para orang tua mungkin berhasil namun lama kelamaan anak akan merasa bosan dan lebih aktif untuk mencari tahu fitur serta aplikasi yang lebih menarik sehingga lambat laun mulai meninggalkan dunia bermain mereka. Anak akan menjadi lebih individual dan tidak peka terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, anak juga akan menjadi pribadi yang lebih emosional, pemberontak dan acuh terhadap lingkungan sosial atau pertemanan karena sudah sangat merasa asik dengan dunianya saat bermain gadget.

Berdasarkan hasil seminar yang dilakukan oleh Suwarsi pada tanggal 25 September 2016, dalam penelitian yang dilakukan oleh Puji Asmaul Chusna (2017) berjudul  “Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan Anak”, menyebutkan bahwa ada beberapa perilaku anak yang terlihat saat sudah terkena dampak gadget, diantaranya : 

  1. Ketika anak merasa asyik dengan gadget, anak jadi kehilangan minat untuk melakukan kegiatan lain 
  2. Anak tidak lagi tertarik untuk bergaul atau bermain di luar rumah dengan teman sebaya
  3. Anak cenderung bersikap membela diri dan akan marah saat ada upaya dari orang lain untuk mengurangi atau menghentikan penggunaan gadget.
  4. Anak mulai berani berbohong atau mencuri waktu untuk bermain gadget. 
Bagaimana Solusi untuk Para Orangtua?

Jadi, bagaimana orang tua dapat mengatasi permasalahan atau mencegah kasus ini untuk tidak terjadi? Pada dasarnya, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi tidak dapat dihentikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah melakukan pengenalan kepada anak mengenai gadget, tentang fungsi, batas waktu penggunakan, serta dampak positif maupun negatif. Orang tua dapat mengkomunikasikan tujuan dari mereka mengenalkan gadget pada anak, bukan sebagai pengganti peran mereka namun hanya sebatas hiburan di saat waktu luang.

Namun dalam hal ini, usia anak pun perlu diperhatikan. Menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh WHO (World Health Organization), anak usia balita sampai berusia 2 tahun tidak direkomendasikan terlebih dahulu untuk menatap layar gadget karena masih membutuhkan lebih banyak aktivitas fisik.

Sehingga orang tua dapat mengalihkan kegiatan anak pada kegiatan yang dapat membantu perkembangan motorik halus maupun kasar. Kemudian, untuk anak usia 3-4 tahun, tidak diperkenankan untuk menggunakan gadget lebih dari 1 jam. Sehingga, apabila orang tua sudah memutuskan untuk mengenalkan gadget pada anak usia 3-4 tahun, orang tua dapat membuat kesepakatan mengenai waktu penggunaan dan mengkomunikasikan sebab yang akan terjadi jika terlalu lama menggunakan gadget.

Pada intinya, orang tua harus tetap memegang kuasa penuh atas gadget yang digunakan oleh anak. Orang tua perlu memberikan penegasan di awal bahwa gadget ini tetap punya mama atau papa, jadi apabila mama atau papa ingin mengambil gadget dari si anak, anak tidak boleh menolak atau melawan.

Orang tua juga dapat memberikan pengertian mengenai kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dapat diberikan gadget sepenuhnya. Selain itu, orang tua juga diharapkan dapat tetap mendampingi anak untuk melatih kemampuan interaksi sosial dengan lingkungan terutama teman sebayanya, atau dapat juga dengan cara menyalurkan hobi anak-anak seperti bermain alat musik, menggambar, membeli mainan edukasi sebagai pengganti gadget atau mengikutsertakan pada kegiatan kursus lainnya sehingga nantinya anak-anak tidak akan terlalu merasa terfokus atau sampai kecanduan dengan gadget.